We’ve updated our Terms of Use to reflect our new entity name and address. You can review the changes here.
We’ve updated our Terms of Use. You can review the changes here.

Membaladakan Keselamatan (Ballads for the Survivors)

by Senyawa (Official)

supported by
Der Ohlsen
Der Ohlsen thumbnail
Der Ohlsen "performed only with guitar and voice - yet still astonishingly full and heavy. There is just a primal beauty and energy about this mystically anachronistic music. Together with the insane vocal skills of Rully Shabara it's a completely unique experience like nothing else."

my review:
derohlsen.blogspot.com/2021/12/wrapping-up-2021-with-dead-neanderthals.html
Matilde (Nadine Maziarz)
Matilde (Nadine Maziarz) thumbnail
Matilde (Nadine Maziarz) Really beautiful and moving acoustic ballads. The singing (and as a result the breathing too) is done with intense feeling and i was left wanting nothing but silence to sit with after listening as the atmosphere fades. Favorite song was tied with Gerhana. Amazing work Favorite track: Kebaikan (Versi Balada).
Kapalano Kenta
Kapalano Kenta thumbnail
Kapalano Kenta Menguliti Senyawa dari dua elemen yang selama ini membuat mereka terdengar supranatural—instrumen swakarya Wukir dan eksplorasi vokal ekstrim Rully—tidak lantas mengurangi intensitas musik mereka. Membaladakan Keselamatan adalah album akustik yang mampu melepuhkan metal sekalipun. Favorite track: Gerhana (Versi Balada).
/
  • Streaming + Download

    Includes unlimited streaming via the free Bandcamp app, plus high-quality download in MP3, FLAC and more.
    Purchasable with gift card

      $10 USD  or more

     

1.
Apa arti kuasa bila akhir sudah di ujung mata?
2.
Mereka bersembunyi begitu jauh setinggi awan Kokoh terbentengi Di sekelilingnya pagar-pagar bertebaran kepala-kepala manusia-manusia tak bersalah Berserakan nama-nama pejuang Pejuang-pejuang yang dilupakan Di tengah-tengahnya kolam hitam Pekat akan sisa-sisa bangkai perang dan pertikaian Berceceran bekas darah Darah-darah manusia tak bernama Berguguran harapan-harapan Masa depan yang terarah
3.
Alkisah, suatu negeri Berbagi dunia dengan kita kini Satu sama lain menyahut “saudaraku” Satu sama lain menyebut “dosamu, masa lalu” Tanah kering menjadi hijau merdu Berpupuk kasih dan sabar akan waktu Menjelma duka dan amarah menjadi petuah Menulari mereka yang terjangkit luka yang sama Orang-orang tua dilindungi Ilmu, riwayat, dan segala warisannya Anak-anak muda diberkati Nurani, badan, akal, segala tindakannya Menghormati hujan dan matahari Memberi arti tiap nyawa tanpa kecuali Alkisah, seindah itu suatu negeri Berbeda meski berbagi dunia dengan kita kini Meski negeri itu sudah tak ada lagi Dibantai tamak dibakar benci Terusir hina dari tanahnya sendiri Oleh segala kerendahan hati Yang ditafsirkan berarti kelemahan diri Karena meremehkan mereka Yang tak peduli akan hujan dan matahari
4.
Penjuru menyatu Mencari temu di titik terpusat Berakar tenaga dan cahaya Selaras arah, seirama Menyatu padu di titik tertengah Biar lepas membaur satu
5.
Pada detik rindu menetas menjadi buih-buih sesal saat itulah goresan puisiku membata terpenggal-penggal pada detik kenangan menyergap dari wangimu di tepi ruang saat itulah malamku menjelma hampa getir yang menggumpal-gumpal jika lebih seksama kudengar acak gemerisik sekitar ada yang seakan kerap hendak mereka hantar semacam sajak, serupa samar pesan bak rahasia yang tergambar lewat gerhana bulan pada waktu bibir beranak kutuk kau, malaikatku menumbuh tanduk ketika itulah lutut cinta pun takluk bertekuk cerca aku karena tak cakap baca pesan karena terbuta dari beribu-ribu sajak karena tergagap dekap cinta yang menyesakkan karena tertimbun tebal sesal yang kian berkerak ...rupanya itu rahasia yang mereka hendak sampaikan bak yang tergambar lewat gerhana bulan
6.
Bergegaslah menuju muara Tanah basah yang kaya udara Meski selamat pada akhirnya Selain kita akan musnah tak berdaya Menjadi debu, arang, hanyut, terlupakan Menjadi legenda yang lambat laun juga akan punah, hilang terkubur zaman Bergegaslah menuju muara Tanah basah yang kaya udara Di sanalah kita beristirahat Membesarkan anak-anak muda Merawat pahlawan yang terluka Menjaga mata air, menanam akar Menggali parit, menjaring garam Menggambar sejarah, melagukan kehilangan Menyucikan sumpah, memberkati ampunan Bergegaslah menuju muara
7.
Hanya kebaikan tumbuh dari tanah Ia yang kau pijak bukan kau injak Ia untuk dahi bukan untuk kaki Hanya kebaikan tumbuh dari tanah Ia untuk kau tanami bukan kau ludahi Ia memberi bukan menghalangi
8.
Lelaki baya mendayung sampan sebelum gelap tiba menghadang Pada pukat dan kailnya, ia serahkan nasib tanpa bertanya Wanita renta terpapar surya sepanjang siang di hijau ladang Pada daun teh dalam keranjang, ia serahkan nasib tanpa bertanya Pria muda menjulang tinggi di atas gedung yang separuh jadi Pada palu baja dan batu bata, ia serahkan nasib tanpa bertanya Gadis kecil berlumur debu di sela angkutan dan jalan raya Pada serak suara dan tamborinnya, ia serahkan nasib tanpa bertanya Manusia berkeringat dari gunung hingga laut dari kampung hingga kota Tanpa peduli bertanya “untuk apa?”
9.
Bersembunyi di temaram senja Merapal sajak penentram duka Betapa rapuh ia karena dosa Betapa butuh ia diselamatkan doa Gelap menyergap di pudarnya senja Bagai bahaya yang tak bersuara Betapa panjang malam menghantui Betapa butuh ia menghimpun nyali Tetaplah gagah, wahai putri yang bersembunyi Gelap hanyalah teman yang kau takuti Kala mentari bangkit kembali esok pagi Sambutlah kicau burung dan embun yang membasahi
10.
Anak kijang berlari acak Menerjang padang berumput ilalang Tombak melayang membelah udara Menancap tepat di tubuh kijang Darah menyembur hebat Pekik melengking kuat Anak kijang meraung-raung Meronta meminta tolong Harapan hilang maut melonglong Gelap menghampiri di siang bolong
11.
Tiada yang lebih berat melebihi hasrat Kehendak untuk diri Kehendak untuk menjadi Tiada yang lebih sulit melebih rendah hati Kehendak yang mati Kehendak yang ditakluki
12.
Kepada bumi kami menghadap Jatuhkan dahi menuju tanah Mengubur cahaya di balik mata Menatap hampa Meruang angkasa Bebaskan akal dari waktu Detik ini, harapan, dan masa lalu Biarkan gelap menuntun jalan Lepaskan kuasa akan ingatan

about

Acoustic iterations of selected Senyawa songs from previous albums.
Evolved, transformed, survived as a new form.

Download Senyawa streaming app into your mobile device: senyawamandiri.com/membaladakan-keselamatan/

credits

released November 16, 2021

Wukir Suryadi: Acoustic Guitar
Rully Shabara: Vocals, Lyrics

Recorded, Mixed, and Mastered by Mahamboro
2021

license

tags

about

Senyawa (Official) Yogyakarta, Indonesia

Rully Shabara and Wukir Suryadi. Voice and Handmade Instruments. Human and Nature. Mind and Soul.

contact / help

Contact Senyawa (Official)

Streaming and
Download help

Redeem code

Report this album or account

If you like Senyawa (Official), you may also like: